Thứ Hai, 25 tháng 1, 2016

5 Keputusan Manajerial Terburuk yang Mengubah Hasil Pertandingan

Menjadi manajer atau pelatih sepak bola tidak pernah mudah. Pecinta sepak bola kerap melihat profesi tersebut mudah karena hanya membutuhkan pemahaman taktik dan permainan sepak bola. Tapi faktanya tak semudah yang dibayangkan.

Meraih kemenangan dan kesuksesan untuk klub yang dilatih merupakan suatu keharusan bagi pelatih atau manajer klub, dan tidak mudah menggapai hal tersebut. Mereka dituntut untuk memberikan keputusan tepat, menjaga atmosfir internal klub dan juga pemain yang tepat untuk dimainkan.

Sejarah sepak bola dunia mencatat dan menjadi saksi bahwa pelatih atau manajer dunia pernah melakukan kesalahan krusial. Kesalahan yang memengaruhi hasil pertandingan, baik dari pergantian taktik atau pergantian pemain.

Keputusan manajerial yang mereka lakukan itu pun tercatat di benak pikiran hingga saat ini, siapa saja pelaku tersebut? Berikut ulasannya.

5. Claudio Ranieri (2004)

Chelsea v AS Monaco

Ranieri saat ini tidak “sekusut” seperti saat menangani Chelsea pada medio 2000-2004, momen saat The Blues belum dianggap kekuatan besar di Inggris dan masih mencari identitas tim. Pasalnya The Tinkerman tengah merasakan euforia melatih Leicester City yang jadi fenomena Premier League musim ini.

Namun pria berusia 64 tahun itu pernah melakukan blunder dalam pergantian pemain di leg pertama semifinal Champions League 2003/04. Melawan Monaco di Prancis yang bermain dengan 10 pemain dan kedudukan 1-1, Ranieri melakukan dua pergantian.

Yakni memasukkan Jimmy Floyd Hasselbaink dan Robert Huth, untuk menggantikan Mario Melchiot dan Scott Parker. Perubahan taktik itu memberikan angin segar kepada Monaco dan justru menimbulkan kebimbangan taktik di kubu Chelsea.

Hasselbaink sempat bermain sebagai bek kanan, lalu setelahnya ia maju ke depan dan posisinya digantikan Huth. Monaco yang kalah jumlah pemain pun menang 3-1 dan John Terry yang masih muda kala itu bermain hingga akhir laga meski cedera, karena Ranieri telah melakukan seluruh pergantian pemain.

Monaco kemudian di leg kedua di Stamford Bridge bermain imbang 2-2 dan melaju dengan agregat 5-3. Ranieri pun didepak manajemen pada 2004.

4. Gerard Houllier (2002)

Bayer v Liverpool X

Satu keputusan krusial yang memengaruhi keseimbangan tim dilakukan oleh Houllier di perempat final Champions League 2002. Liverpool yang membawa modal 1-0 dari leg pertama yang berlangsung di Anfield melawan Bayer Leverkusen, sempat bermain imbang 1-1 hingga menit 60 di Jerman.

Akan tetapi pergantian yang penuh perjudian dilakukan Houllier kala memasukkan Vladimir Smicer untuk menambah daya gedor timnya, dan mengganti Didier Hatmann. Alhasil Liverpool pun kehilangan gelandang bertahan yang dapat menjaga keseimbangan di lini tengah dan memudahkan pemain Leverkusen melakukan penetrasi.

Leverkusen unggul via gol Michael Ballack dan kemudian Liverpool kembali menyamakannya dengan gol Jari Litmanen.

Namun Liverpool kadung kehilangan keseimbangan untuk mengontrol pertandingan dan kembali kebobolan, bahkan dua gol oleh Dimitar Berbatov dan Lucio. Leverkusen melaju ke semifinal dengan agregat 4-3 dan menantang Manchester United.

3. Graham Taylor (1992)

Lawrie McMenemy, Graham Taylor and Alan Ball of England

Di laga yang menentukan pada penyisihan grup 1 Euro 1992, Graham Taylor melakukan pergantian pemain yang sangat krusial dan menjadi malapetaka bagi Timnas Inggris.

Skuat Tiga Singa sempat unggul via David Platt pada menit 4 dan Jan Eriksson untuk kubu Swedia menyamakan kedudukan pada menit 51. Dan saat kedudukan sama kuat 1-1, Taylor justru menarik striker veteran nan berpengalaman mereka, Gary Lineker dan menggantinya dengan bomber Arsenal, Alan Smith pada menit 62.

Alhasil serangan Inggris tak bertaji dan Swedia mencetak gol penentu kemenangan dari gol Tomas Brolin. Inggris gagal keluar penyisihan grup dan lebih parahnya lagi Lineker gagal menyamai rekor 49 gol Bobby Charlton untuk Inggris, laga itu juga menjadi laga terakhirnya.

Hasil akhir bisa saja tak berubah dengan terus memainkan Lineker. Tapi paling tidak Taylor bisa berharap banyak kepada motivasinya untuk menyamai rekor gol terbanyak Inggris tersebut, dan memberikan segalanya di akhir karier bersama Timnas Inggris.

2. Cesare Prandelli (2012)

Italian headcoach Cesare Prandelli (R) c

Momen terjadi di final Euro 2012 antara Timnas Italia asuhan Prandelli dengan Spanyol besutan Vicente del Bosque. La Furia Roja berada di masa keemasannya dan unggul 2-0 dari Italia, seperti akan mudah memenangi laga.

Gli Azzurri sedianya punya kesempatan untuk mengejar ketertinggalan itu. Tapi pergantian yang dilakukan Prandelli sama sekali tak menolong karena ia memasukkan Thiago Motta dan mengganti Ricardo Montolivo.

Perjudian dilakukannya karena Motta pergantian pemain terakhir Italia. Namun yang terjadi justru lebih parah, Motta yang belum pulih seutuhnya kembali cedera hamstring dan membuat Italia bermain dengan 10 pemain hingga akhir laga.

Tak ada ampun Spanyol menambah dua gol lagi dan menang dengan skor 4-0, aib bagi Italia yang dahulu dikenal memiliki permainan catenaccio alias pertahanan gerendel.

1. Ottmar Hitzfeld (1999)

MANCHESTER UNITED - FC BAYERN MUENCHEN 2:1

Salah satu momen terbesar yang sangat ingin dilupakan fans dan Bayern Munchen, tapi paling terus diingat oleh Manchester United. Salah satu final dramatis di Champions League pada 1999 yang berakhir untuk kemenangan 2-1 United atas Bayern.

Bayern unggul via gol Mario Basler dan terus mempertahankannya hingga menit 90, euforia pun telah mereka rasakan untuk menjadi juara. Tapi semua itu pupus dengan dua gol cepat dua pemain pengganti United yang dimasukkan Sir Alex Ferguson, Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer.

Dan salah satu yang paling menarik perhatian dari laga itu adalah keputusan pelatih Bayern, Ottmar Hitzfeld menarik Lothar Matthaus dan Basler, menggantinya dengan Thorsten Fink serta Hasan Salihamidzic.

Pergantian paling krusial sudah tentu Matthaus. Sweeper atau bek terakhir yang jadi komando di lini belakang Jerman, yang bisa menghadirkan ketenangan untuk kubu Die Roten.

Tanpa sosoknya di menit-menit terakhir jelang laga bubar, United yang tidak kenal menyerah pun langsung memanfaatkannya untuk salah satu kemenangan dramatis di Champions League.

0 nhận xét:

Đăng nhận xét