Kabar penunjukkan Jose Mourinho sebagai manajer baru Manchester United untuk musim seperti mnunggu sebuah rumor menjadi kenyataan. Pria Portugal kelahiran 26 Januari 1963 ini resmi menganggur sejak dipecat Chelsea pada 17 Desember 2015.
Di sisi lain, United tak kunjung tampil memuaskan bersama Louis van Gaal meski arsitek Belanda itu sudah menguras kas klub hingga 250 juta pound. Tersingkir dari fase grup Champions League 2015/16 dan berpeluang besar absen di musim 2016/17, tekanan untuk mundur terus datang.
Lalu, apakah Jose Mourinho dengan segala tingkah kontroversinya memang menjadi sosok yang tepat untuk menduduki tahta kepelatihan di Old Trafford? Ketika banyak yang beranggapan bahwa kedatangan The Special One terlalu indah untuk menjadi kenyataan (too good to be true), mereka harus berpikir lebih skeptis, karena mendatangkan Mourinho tak hanya berarti menggunakan jasanya, tapi juga bersedia masuk dalam perjudian besar untuk beberapa alasan.
5. Jose Mourinho Selalu Mengira Dirinya Adalah Korban Keadaan
Mood Mourinho bisa dibilang naik turun saat menghadapi media. Ia bisa datang ke ruang konferensi pers dengan tersenyum dan berperilaku tenang atau ketika media mulai usil memberitakan rumor yang kurang bisa diterimanya, Mou akan balik mengejek dengan nada sarkastis.
Ia adalah tipe orang yang cukup sering mengira dirinya adalah sosok yang dibenci dan diperlakukan tidak adil oleh sekitarnya, dan wajib melakukan perlawanan. Parahnya, ia bisa menerapkan perang dingin berkepanjangan dengan banyak pihak, terutama rival-rivalnya. Terkadang ini tak bagus untuk para pemainnya yang seringkali harus turut menanggapi situasi panas yang diciptakan Mourinho.
4. Mourinho Sosok yang Sangat Menuntut
Berbeda dengan Louis van Gaal yang kerap berkata dengan lantang bahwa sepak bola menyerang adalah filosofinya, Jose Mourinho justru berpikir bahwa setidaknya tujuh hingga delapan pemain non kiper timnya harus mampu membantu pertahanan ketika diserang.
Hanya sedikit sekali pemain yang bisa bebas dari tuntutan Jose Mourinho untuk terlibat sebagai satu unit ketika tim bertahan, misalnya Cristiano Ronaldo dan Eden Hazard.
Melihat kondisi Setan Merah saat ini, atau bahkan dalam tiga musim terakhir,yang begitu bergantung pada kesigapan David de Gea sebagai penjaga gawang, skuat Setan Merah harus siap menuruti tuntutan Mourinho. Juru taktik asal Portugal ini tak segan mencadangkan dan bahkan menjual pemain yang tak mampu memenuhi satu aspek penting dalam taktiknya tersebut.
3. Terobsesi untuk Mengalahkan Guardiola
Derby Manchester jelas akan menjadi partai terpanas di Inggris jika Jose Mourinho nantinya menjadi manajer Manchester United. Ia akan berjumpa dengan Pep Guardiola yang menjadi manajer Manchester City.
Sudah bukan rahasia lagi kedua sosok ini adalah 'musuh bebuyutan' dalam sepak bola modern. Mengusung sepak bola yang jauh bertolak belakang, keduanya memiliki ambisi untuk saling mengalahkan satu sama lain.
Dari perspektif bahwa Mourinho adalah sisi hitam alias penjahat dalam perang keduanya karena citra pelatih sepak bola negatif yang menempel pada dirinya, dan fakta bahwa Mourinho selalu merasa menjadi korban keadaan, bisa dibayangkan Mourinho akan sangat sulit menerima kekalahan yang mungkin akan diterimanya dari Pep. Suasana hati Mourinho akan sulit kembali normal jika ia sampai kalah dari tim yang dilatih Pep dan sekali lagi, ia tak akan keberatan membawa mendung itu ke ruang ganti pemain.
2. Jose Mourinho Tidak Anti Pemain Muda, Tapi...
Manchester United memiliki kultur yang sangat dipegang teguh jajaran dewan klub untuk memberikan para pemain akademi kesempatan menembus tim utama. Jose Mourinho bukan sosok yang anti pada pemain muda, mengingat ia total menggunakan delapan pemain muda saat membesut Real Madrid, dan juga memberikan kesempatan pada Kurt Zouma, Baba Rahman, Ruben Loftus-Cheek, dan Kenedy sebelum dipecat Chelsea, tapi memang sulit untuk memuaskan dirinya.
Ia bukan tipe pelatih yang lihai dalam melakukan penyesuaian dengan karakter para pemainnya. Ia cenderung mempercayai dan mengumpulkan para pemain yang memang sudah siap secara mental menerima gemblengannya. Ini tentu bisa jadi masalah bagi para pemain muda yang minim pengalaman dan butuh lebih banyak bimbingan. Hampir selalu penilaian seorang Mourinho didasari pada kesan pertamanya pada seorang pemain, tapi luar biasanya ia jarang salah dalam melakukan judgement (penilaian awal).
1. Tak Sekedar Pemain Tapi Juga Loyalis
Salah satu kunci kesuksesan terbesar Jose Mourinho, yaitu memberikan dua gelar Premier League di era pertamanya untuk Chelsea, adalah fakta bahwa ia 'mengisolasi' beberapa pemain penting yang menjadi tangan kanannya dan bersedia membantunya tanpa syarat. Dan untuk masuk dalam inner circle (lingkaran kecil) Mourinho ini, jelas kualitas di atas lapangan adalah yang utama dan bagian lainnya adalah loyalitas.
Lupakan dulu soal menjadi loyalis Mourinho, apakah skuat Manchester United saat ini adalah skuat yang sangat kuat secara individu dan tim? Mourinho membutuhkan loyalis yang tak sekedar menjadi pemain penting tim saja, tapi juga bisa disebut sebagai jajaran pemain terbaik dunia. Bukankah segalanya akan menjadi lebih mudah saat Anda didukung orang-orang penting dalam menjalankan tugas?
0 nhận xét:
Đăng nhận xét